Mengapa Kepompong?
Menjawab Tentang kepompong
Dari setiap obrolan selalu ada yang bertanya kepada gue kenapa pake kata “kepompong”. Akun Fb dan twitter menggunakan kata Kepompong, tak ketinggalan juga di blog yang ini tak luput dari kata itu.
Dari setiap obrolan selalu ada yang bertanya kepada gue kenapa pake kata “kepompong”. Akun Fb dan twitter menggunakan kata Kepompong, tak ketinggalan juga di blog yang ini tak luput dari kata itu.
Alasannya sederhana dan
sebenarnya gak penting sih. Cuma dulu pas SMA ada seorang guru kimia yang gue
anggep galak banget dan sentiment ke gue. Mungkin bagi temen-temen yang sekelas
setuju sama statement ini. Kenapa gue bisa berpendapat gitu, soalnya setiap
pelajaran beliau keadaan kelas selalu senyap dan hening. Istilahnya, untuk
sekedar pengen batuk saja harus diatur momentum yang tepat Khawatir beliau
mengarahkan pandangannya ke gue. Sebenarnya gak sejahat itu sih, Cuma perasaan
gue aja yang phobia, haha
Nah, yang membuat berkesan banget
sama guru ini adalah, selama 3 tahun belajar kimia sama beliau Cuma 1 kali gak
di remedial. Pas kelas 12. Emang dasarnya gue gak pinter kali ya, masuk IPA
karena gengsi semata… Haha. Alesannya gue gak tau kenapa kali ini gak di remed,
sampai-sampai gue bandingin jawaban ulangan gue sama yang lain. Ternyata
seharusnya gue di remed. Lalu gue mulai menghubung-hubungkan kejadian tidak di
remed ini dengan kejadian sebelumnya. Jangan-jangan ada konspirasi.haha Dan
Kebetulan beberapa bulan sebelum ulangan gue ikut lomba maulidan (MHQ) antar
kelas dan jurinya guru kimia super galak ini. Tanpa di duga MENANG,. Yeeeeee….
Setelah itu perlakuan guru gue ini berubah jadi sering senyum dan nanya. Geer... Gara-gara ini juga gua bermimpi menghafal Alqur’an.
Semester 2 kelas 12 ketika beliau
masuk kelas pembawaannya jadi berubah, lebih humanis dan sering bikin ketawa.
Jadi guru paling seru karena cerita-cerita inspiratifnya tentang mengejar
impian. Seluruh anak di bawa kedalam imajinasi beliau tentang mendobrak batas
dari mustahil ke sangat mungkin. Beliau menceritakan proses kuliah sampai
seberhasil sekarang. Kemudian muncul kata-kata kepompong dari beliau.
“Berproseslah seperti kepompong, dari menjijikan, berproses pada sebuah kumbung
(kepompong) kontemplasi, kemudian berubah menjadi kupu-kupu yang indah
mengitari dunia”. Kata-kata itu menyihir gue, dan mulai menyusun mimpi-mimpi
yang tidak pernah terimpikan sebelumnya. Gue semakin berani dalam melakukan
pilihan-pilihan hidup, selama pilihan itu menumbuhkan dan memberi gue ruang
gerak yang lebih luas.
Muncul kesadaran bahwa berproses
adalah sebuah keniscayaan yang harus dilalui sebelum hasil yang ingin kita
capai. Tidak ada istilah kebetulan dan keberuntungan, semuanya by design dan by
process. Memang tidak mudah mencapai impian, tapi tidak ada yang mustahil
selama itu dikerjakan dengan sungguh-sungguh. Jangan terhalangi oleh keadaan
ekonomi keluarga, ketidakharmonisan orang tua, dll. Semua orang punya hak untuk
hidup lebih baik dan bermasa depan. Ketakutan pasti ada, tapi sampai kapanpun
kalau kita gak bernai melangkah tidak akan menjadi apa-apa. Tetap percaya pada
proses, karena prose tidak akan pernah khianat pada hasil.
Itu cerita gak penting gue
tentang nama yang disematkan pada akun medsos gue, mungkin terkesan alay dan
mendekati alay akut, haha… Tapi tetep gue suka dengan istilah itu dan entah
sampai kapan gue meakainya. Intinya teruslah bermimpi, karena itu yang akan
memaksa gerak kakimu untuk melangkah lebih jauh dari sekedar kesanggupanmu.
Komentar
Posting Komentar